Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mengalami tekanan signifikan dalam beberapa hari terakhir. Ketidakpastian global, kekhawatiran resesi, serta arus keluar modal asing menjadi pemicu utama pelemahan indeks yang selama ini menjadi barometer kinerja pasar saham Indonesia. Dalam kondisi seperti ini, banyak investor mulai melirik aset safe haven, salah satunya adalah emas.
Pergerakan IHSG yang melemah hingga menembus level psikologis 5.000tentu menimbulkan kekhawatiran, terutama bagi investor ritel. Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), dalam sepekan terakhir IHSG terkoreksi lebih dari 5%, dengan sektor perbankan menjadi yang paling terdampak.
Di tengah ketidakpastian ini, emas justru menunjukkan performa yang sebaliknya. Harga emas global naik ke level tertingginya dalam 6 bulan terakhir, didorong oleh permintaan yang meningkat seiring kecemasan pasar. Hal ini juga tercermin di pasar domestik, di mana harga emas di Indonesia naik hampir menyentuh Rp1.800.000 per gram.
Menurut analis pasar keuangan, Rizky Darmawan, emas memang menjadi pilihan logis saat pasar saham mengalami tekanan.
“Emas memiliki sifat lindung nilai yang kuat terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi. Ketika saham melemah, investor cenderung mencari aset yang lebih stabil dan tahan terhadap guncangan, dan emas adalah salah satu yang paling populer,” ujarnya.
Fenomena ini bukan hal baru. Setiap kali IHSG atau pasar saham global menghadapi tekanan, harga emas cenderung mengalami lonjakan. Hal ini disebabkan oleh pergeseran strategi investor yang mulai mengalihkan portofolionya ke aset yang dianggap lebih aman.
Strategi Diversifikasi Portofolio
Dalam kondisi pasar yang fluktuatif seperti sekarang, penting bagi investor untuk melakukan diversifikasi portofolio. Tidak hanya mengandalkan saham atau reksa dana saham, tetapi juga mempertimbangkan alokasi dana ke instrumen seperti emas, obligasi, dan instrumen pendapatan tetap lainnya.
Menurut ekonom dari Universitas Indonesia, Prof. Linda Mariani, diversifikasi adalah kunci untuk bertahan di tengah ketidakpastian.
“Jangan menaruh semua telur di satu keranjang. Dalam situasi seperti ini, emas bisa menjadi pelengkap portofolio yang efektif untuk mengurangi risiko,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa dalam jangka menengah hingga panjang, emas memiliki potensi kenaikan nilai yang cukup baik, terutama jika ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi global terus berlanjut.
Emas Digital Jadi Pilihan Baru
Menariknya, kini investasi emas tak melulu berbentuk fisik. Masyarakat bisa membeli emas digital melalui aplikasi-aplikasi terpercaya, dengan modal mulai dari Rp10.000. Kemudahan ini membuat investasi emas semakin inklusif, terutama untuk generasi muda yang ingin memulai perjalanan finansialnya.
Dengan IHSG yang masih belum menunjukkan tanda pemulihan dalam waktu dekat, emas menjadi solusi logis bagi mereka yang ingin menjaga nilai aset dan menghindari volatilitas tinggi. Tentu, seperti semua instrumen investasi, emas pun tetap memiliki risiko, namun stabilitasnya terbukti lebih terjaga di tengah turbulensi ekonomi.
Kesimpulan
IHSG boleh saja ambruk, tapi bukan berarti semua pintu investasi tertutup. Emas hadir sebagai alternatif yang patut dipertimbangkan. Di saat pasar saham goyah, kilau emas justru semakin bersinar.
